Aku iri pada mereka. Yaa aku iri. Bahkan sangat iri. Mereka mempunyai
kehidupan yang sempurna. Kehidupan yang selama ini aku harapkan. Yaaa aku
harapkan. Aku tak punya, tapi mereka punya. Ada ayah, ibu dan mereka. Kapan aku
seperti mereka? Kapan aku merasakan kebahagiaan dan kehangatan suatu keluarga
yang utuh? Aku merindukan itu. Sungguh aku sangat rindu Tuhan. Aku ingin sama
seperti mereka. Mereka yg mempunyai ayah. Aku rindu ayah, Tuhan. Sungguh…
sungguh aku sangat rindu dia.
Tuhan, aku mempunya teman. Aku dan dia tidak terlalu dekat,
tapi aku tau dia. Dia dari keluarga broken home. Sama sepertiku. Tapi mengapa
kita berbeda? Dia bisa jujur kesemua orang bahwa dia berada dalam keluarga yg
berpisah. Tapi aku? Kenapa aku harus menutupi semua ini? Sakit sekali Tuhan. Sangat
sakit. Lebih sakit dari apa yang aku bayangkan. Tuhan, aku minta satu hal. Pertemukan
aku padanya. Aku tak meminta lebih. Aku hanya ingin merasakan bagaimana rasanya
dipeluk oleh seorang ayah. Bagaimana rasanya disayang dan dimanja oleh seorang
ayah. Aku ingin itu Tuhan. 8 tahun aku menunggu. Itu bukan waktu yang sebentar
kan? Aku cukup bertahan. Aku cukup tegar. Walau terkadang aku rapuh.
Tuhan, ketika aku bertemu dengan ayah, aku hanya ingin
bertanya “kenapa ga pernah jenguk thia?” maafin aku. Aku lemah. Aku tak seperti
yang Engkau harapkan Tuhan. Aku sangat lemah, ketika aku harus bercerita
tentang sosok orang yang aku tunggu. Tuhan, aku tau. Tau bahwa Engkau memberiku
sakit agar aku menjadi wanita yang lebih kuat. Yaa aku tau itu. Tapi, aku tak bisa
pungkiri Tuhan, aku rindu. Sungguh sangat merindukannya :’(
Tuhan, dia tau aku sudah menjadi wanita yang semakin dewasa.
Dia tau kalo aku ada disini. Dia tau tuhan. Tapi mengapa? Mengapa ia tak pernah
datang? Sebentar saja. Apa waktu dia terlalu sibuk? Apa dia ga punya waktu
untuk menemuiku?
Aku tau, aku adalah satu satunya anak perempuan baginya. Tapi,
dia tak pernah datang. Dia tak pernah ada. Apa dia tak mengharapkan anak
perempuan? Tuhan, jaga dia untukku. Jangan ambil dia sebelum aku bertemu
dengannya. Aku sayang dia Tuhan. Sungguh….
Aku bahagia saat aku tahu bahwa aku punya kakak laki laki. Tapi
semua itu semu. Karena aku tak mengenalnya. Semua itu bayang bayang…
Tuhan, mereka tak pernah tau rasanya menjadi aku. Ketika aku
bilang “aku ingin mati. Aku capek”. Mereka hanya bilang “jangan jadi cewek
lemah. Harus kuat”. Sebenarnya, disaat aku bilang itu, aku sudah benar benar
rapuh. Benar benar sakit. Aku sudah tak mampu menopangnya. Ketika aku bilang
itu, itu bukan awal aku mendapat masalah lalu bilang aku ingin mati. Tapi itu
adalah setengah perjuanganku menghadapi masalahku SENDIRI. Mereka tak tahu. Yang
mereka tahu aku wanita lemah dan cengeng. Yaaa seperti itu anggapan mereka. Aku
tak sungguh sungguh ingin mati. Aku hanya ingin merasakan kedamaian. Dimana aku
dapat tersenyum lepas tanpa beban.
Tuhan, kirim aku orang yg mampu menopangku dan membantuku
berdiri ketika aku jatuh. Yang mampu menggenggamku disaat aku kebingungan dan
tak tau arah. Dan yang mampu menghapus airmataku disaat aku menangis karena tak
mampu lagi. Aku bertahan sendiri. Aku mencoba segala cara. Aku…. Aku… aku menangis
saat ini Tuhan. Maaf. Bukan berarti ku lemah. Tapi, karena aku merindukan sosok
orang yg tak kunjung datang.
24 desember 2012 adalah ultahku. Tepat 17 tahun. Dan mimpiku
hancur, sirna disaat itu juga. Kata orang itu adalah umur yg special. Tapi bagiku?
Nothing special ! yg saat itu aku harapkan ada ayah, tapi tak ada. Yang aku
harapkan ada kakek, tapi itu juga tak ada. Lalu siapa yang ada untuk ku? Iyaa,
hanya bayang bayangku…. Sendiri
Aku tegar dan aku kuat. Tak perlu khawatir. Karena 8 tahun
aku menangis dan aku juga yg menghapusnya. Aku yang terjatuh dan aku yg bangun
sendiri. Dan aku yang bingung, aku juga yg menuntun diriku sendiri. Ini ironis.
Sangat ironis. Bahkan keadaan saat ini adalah keadaan yg sangat aku benci…
benci sekali